MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN
MACAM-MACAM
PERMAINAN SAINS
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak usia dini sedang dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat.
Perkembangan telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan.
Pembentukan sel syaraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat
anak dalam kandungan. Setelah lahir tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf
otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembang. Begitu
pentingnya usia dini, sampai ada teori yang menyatakan bahwa pada usia empat
tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun (Suyanto,
2005:7).
Dalam kehidupan anak,
bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak
yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan
bahwa anak yang tidak bermain pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah dan rohaniah
(Montolalu, dkk, 2007:1.2)
Perkembangan
kognitif (cognitive development) adalah tahapan-tahapan perkembangan kognitif
manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses
berpikir secara konkret atau melibatkan konsep-konsep abstrak dan logis Suharnan (dalam Darsinah,
2011:5). Pemerintah telah
berupaya untuk melakukan pembenahan dalam rangka peningkatan hasil belajar
sains. Salah satunya adalah materi pengenalan sains pada kurikulum 2004 untuk TK
dan RA dalam pengembangan kognisi, dengan kompetensi dasar anak mampu mengenal
berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hasil belajar
yang diharapkan adalah anak dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana.
Pendekatan bermain sambil belajar dalam model pembelajaran sains di TK untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir Yulianti (2010:17). Diharapkan siswa memperoleh
pengalaman belajar yang menyenangkan, sehingga kemampuan kognisinya berkembang
khususnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sehingga dapat mengolah
perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan
masalah, membantu mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis (Wolfinger
dalam Yulianti, 2010:19).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari kognitif?
2.
Apa yang dimaksud sains dan permainan?
3.
Bagaimana pendekatan pembelajaran sains di TK?
4.
Bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran sains
di TK?
C.
Tujuan
1.
Bisa mendiskripsikan arti kognitif.
2.
Bisa menjelaskan arti dari sains dan arti permainan.
3.
Mengetahui bagaimana cara pendekatan dalam
pembelajaran sains di TK.
4.
Mengetahui peran guru dalam pembelajaran sains di TK.
D.
Manfaat
1.
Secara teoritis
Dapat menambah pengetahuan
kepada guru tentang penerapan permainan sains dalam pembelajaran di TK.
2.
Secara praktis
a.
Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir anak.
b.
Siswa dapat memperoleh pengalaman yang menyenangkan.
c.
Siswa mampu berpikir kritis dan kreatif.
d.
Siswa bisa menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembagan
Kognitif
Perkembangan kognitif
menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat
berpikir. Semua anak memiliki perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui
empat tahapan : (1) sensori-motor, (2) pre-operasional, (3)
konkret-operational, dan (4) formal-operational (Piaget dalam Suyanto, 2005:53).
Piaget menolak paham lama
yang menyatakan bahwa kecerdasan adalah bawaan secara genetis. Ini terjadi pada
setiap manusia, termasuk pada anak-anak. Khususnya pada anak usia dini, bahwa
pengetahuan dapat diperoleh melalui eksplorasi, manipulasi, dan konturksi
secara elaboratif. Lebih dari itu, dijelaskan bahwa karakteristik aktivitas
anak-anak juga berdasarkan pada tendensi-tendensi biologis yang terdapat pada
semua organisme. Tendensi-tendensi tersebut mencakup tiga hal, yaitu;
asimilasi, akomodasi, dan organisasi (Piaget dalam Suyadi, 2009:97)
Pada hakekatnya segala ilmu
dapat diajarkan kepada semua anak dari semua usia, asal materinya benar-benar
sesuai. Dengan demikian guru perlu mengetahui posisi kondisi kognitif individu
yang akan belajar agar guru dapat mengadaptasikan program pembelajarannya. Ada
3 tingkatan perkembangan kognitif yaitu Enactiva, Iconic, dan Symbolic.
1. Enactiva
Tingkat kognitif
terjadi pada bayi. Anak yang berada pada tingkat ini akan mudah belajar atau
kognitifnya akan berkembang dengan baik bila dilakukan lewar hubungan
sensorimotoriknya atau melalui rangsangan sensorimotoriknya. Stimulasi sensori
motor akan membantu untuk memahami dirinya maupun dunia sekitarnya. Hal ini
akan membantu perkembangan kognitifnya anak.
2. Iconic
Tingkat kognitif
ini terjadi pada saat anak di TK. Anak yang berada pada tingkatan ini akan
mudah belajar lewat gambaran mental dan bayangan ingatannya. Oleh karenanya
kita hendaknya membentuk gambaran mental anak dengan cara yang memudahkan dia
melalui penggunaan alat peraga, baik alat peraga langsung maupun alat peraga
tidak langsung. Anak lebih mudah mengingat makna melompat dengan melihat
gerakan melompat daripada diberi pengertian yang bersifat verbal.
3. Symbolic
Tingkat kognitif
ini terjadi mulai SD kelas akhir atau SMP awal dimana anak secara baik mampu
menggunakan bahasa dan berpikir secara abstrak. Anak sudah mampu menggunakan
simbul-simbul atau lambang-lambang yang memiliki makna tertentu. Meski lambang
tidak tidak merempresentsikan yang
dilambangkan, anak telah mampu memahami. Anak telah dapat memahami atau memberi
makan tulisan “baju” walau tidak disertai dengan gambar baju (Baner dalam
Darsinah, 2011:23)
B. Pengertian Sains dan Bermain
Sund, (dalam Suyanto) Sains
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah. Untuk
anak TK, obyek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak dan benda-benda
yang sering menjadi perhatian anak. Air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan,
hewan, dan dirinya sendiri merupakan obyek-obyek sains yang sering menjadi
perhatian anak. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir, kebakaran,
hewan yang beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik bagi anak. Obyek-obyek
tersebut dipelajari melalui metode ilmiah, yang bagi anak TK perlu
disederhanakan. Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. (http://staff.uny
.ac.id/.../).
Diseluruh belahan dunia dan
dalam budaya apapun, bermain adalah kebutuhan setiap manusia baik dewasa
ataupun anak-anak. Terlebih untuk anak-anak, bermain memiliki fungsi dan
manfaat yang sangat penting bagi perkembangan seorang anak. Bermain bukan hanya
sebuah kesenangan belaka, namun sudah menjadi suatu kebutuhan akan ada sesuatu
yang kurang dari dirinya dibandingkan dengan anak yang tercukupi kebutuhan
bermainnya (Conny dalam Astuti, 2010:1).
C. Pendekatan
Pembelajaran Sains di TK
Pendekatan pembelajaran
sains pada anak TK dan Raudlatul Athfal hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
yang berorientasikan pada kebutuhan anak dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Berorientasi pada
kebutuhan dan perkembangan anak
Salah satu
kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh karena itu jika kebutuhan
fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis, maka anak akan belajar
dengan baik. Disamping itu perlu diperhatikan bahwa siklus bejalar anak TK adalah
berulang dengan memperhatikan perbedaan individu. Minat yang tumbuh akan
memotivasi belajarnya, sedangkan anak-anak lainnya. Dengan demikian berbagai
jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang
disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing
anak. Tidak terkecuali dalam pembalajaran sains, minat sains anak dapat
dibangkitkan melalui bermain sains yang dirancang dengan aman untuk anak,
dirancang agar anak bisa bersosialisasi dengan teman, membangkitkan motivasi
dan rasa ingin tahu. Guru jangan malas untuk selalu mengulang pertanyaan untuk
membangkitkan minatnya dan mengulang untuk menegaskan jawaban yang benar.
2. Bermain sambil
belajar
Bermain merupakan
pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia TK dan
Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia TK dan
Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak
tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajara. Selain menyenangkan, metode
diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar. Melalui kegiatan bermain
anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang
dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi
anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari
keterampilan yang baru dan bermain dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan
dunianya. Pembelajaran harus dirancang sedemikian sehingga melalui bermain anak-anak
menemukan konsep dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa anak telah
belajar sesuatu dalam suasana bermain yang menyenangkan.
3. Selektif, kreatif
dan inovatif
Materi sains yang
disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat disajikan melalui bermain.
Proses pembelajaran dilakukan memlalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membagkitkan
rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal
baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinnya
anak tidak hanya dijadikan sebanyak objek, tetapi juga subjek dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas dan inovasi guru dalam
menyusun kegiatan pembelajaran sains.
Kegiatan belajar
di TK dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang
ada dalam diri anak usia Taman Kanak-Kanak, dalam pelaksanaan pembelajaran
sains harus sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar sains di TK, guru harus memahami dan mengusai metode
pembelajaran sains, diharapkan tujuan pendidikan di TK yaitu untuk
mengembangkan kemampuan fisik, kognisi, bahasa, sosial-emosi, konsep diri,
disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama dapat tercapai secara
terpadu dan optimal.
Sains mengkaji
fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mengenalkan sains
kepada anak dapat dilakukan dengan mengamati dan menyelidiki fenomena di
lingkungan sekitar. Anak juga dapa diajak belajar sains melalui permainan
dengan berbagai macam benda, misalnya air, kertas, tanah liat, daun-daunan dari
pohon sekitar sekolah dan sebagainya.
Pengenalan sains
untuk siswa TK dan Raudlatul Athfal dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
sebagai berikut :
a.
Eksplorasi dan investigasi,
yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam.
b.
Mengembangkan keterampilan
proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan
hasil pengamatan dan sebagainya.
c.
Mengembangkan rasa ingin
tahu, rasa senang, dan mau melakukan kegiatan intuisi atau penemuan
d.
Memahami pengetahuan tentang
berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun fungsinya.
Dari hal di atas
maka pembelajaran sains di TK dapat dirancang melalui bermainan yang didalamnya
terdapat aktivitas mengamati, menyelidiki, berketrampilan proses, dan
membangkitkan rasa ingin tahu. (Yulianti, 2010:24-26)
D. Peran Guru
dalam Pembelajaran Sains di TK
Orang tua adalah guru
pertama dan utama bagi anak usia dini termasuk anak usia Taman Kanak-Kanak.
Sedangkan guru adalah pemegang kendali dala, proses pendidikan anak usia dini.
Karena memegang peranan penting dalam proses pendidikan, maka dalam upaya
mengembangkan seluruh potensi anak didik, seorang guru harus bisa merencanakan,
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik anak Taman Kanak-Kanak, misalnya anak diajak untuk mengamati
fenomena alam yang terjadi di sekitarnya atau anak diajak untuk menggolongkan
benda sesuai kategori masing-masing. Dengan cara seperti ini diharapkan anak
dapat mengetahui dan memahami konsep-konsep sains sederhana.
Guru harus mengatur
penempatan semua peralatan dan perabotan yang akan digunakan dalam kegiatan
sesuai dengan kebutuhan dan keamanan anak. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
keamanan anak mengingat bahwa anak usia dini sedang dalam masa emas
perkembangan otaknya dan mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar.
Selain itu dalam mempersiapkan
semua kegiatan yang akan dilakukan, sebaiknya memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda yaitu ada yang sulit, tidak terlalu sulit atau sedang, dengan tujuan
untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman dan penguasaan anak terhadap
konsep-konsep dasar yang telah diajarkan.
Hal yang perlu diperhatikan
juga oleh guru adalah memantau setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak, apakah
kegiatan tersebut membosankan atau menyenangkan. Guru harus memperhatikan
perilaku anak selama kegiatan berlangsung. Dengan perhatian perulaku anak, guru
bisa mengetahui apakah anak mengalami kesulitan atau tidak pada saat melakukan
kegiatan.
Peran guru dalam bermain
sambil belajar atau belajar seraya bermain adalah sebagai fasilitator dan ikut
berpartisipasi aktif selama anak bermaian (Hughes dalam Yulianti, 2010:41).
Peran guru dalam kegiatan
bermain di sekolah/kelas sangat penting guru harus dapat berperan sebagai
berikut :
1. Guru sebagai
Perencana
Sebagai
perencana, guru harus merencanakan suatu pengalaman yang baru agar murid-murid
terdorong untuk mengembangkan minat dan kemampuannya. Perencanaan yang disusun
guru meliputi hal-hala berikut:
a.
Tujuan/sasaran yang ingin
dicapai
b.
Bentuk kegiatan bermain yang
akan dilakukan
c.
Alat dan bahan diperlukan
(jenis dan jumlahnya)
d.
Tempat kegiatan tesebut akan
dilakukan (di dalam aau di luar ruangan)
e.
Alokasi waktu, berapa lama
waktu yang disediakan untuk kegiatan bemaian tersebut
f.
Penilain dan evaluasi untuk
mengetahui ketercapaian tujuan/sasaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan
tersebut.
2. Guru sebagai
fasilitator
Guru sebagai
fasilitator artinya guru harus mampu menfasilitasi seluruh kebutuhan anak pada
saat kegiatan bermain dan belajar langsung. Guru harus berperan dengan aktif,
kreatif, dan dinamis. Apabila anak-anak yang bemain dengan air maka guru harus
menyediakan berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk bermain dengan air jika
anak-anak bemain peran maka tugas gurulah untuk menyiapkan alat dan bahan untuk
bermain peran.
3. Guru sebagai pengamat
Dalam tugasnya
sebagai pengamat, guru harus mengobservasi/mengamati hal-hal berikut.
a.
Bagaiaman anak berinteraksi
dengan anak lain dan interaksi anak dengan benda-benda/mainan disekitarnya?
b.
Berapa lama seorang anak
melakukan suatu permainan?
c.
Adakah anak-anak yang
mengalami kesulitan dalam bermain atau bergaul dengan teman sebayanya sehingga
dapat memberi bantuan jika diperlukan?
d.
Apakah ada anak yang
menggangu/terganggu ketika kegiatan bermain sedang berlangsung?
4. Guru sebagai
model
Anak usia TK
adalah masa meniru. Oleh karena itu, sebagaian besar kegiatan TK dilaksanakan
melalui peniruan/imitasi. Pada masa ini anak akan menirukan segala
tindak-tanduk guru disekolah.
5. Guru sebagai
Motivator
Guru sebagai
motivator artinya guru harus dapat menjadi pendorong bagi anak untuk melakukan
kegiatan bermain. Guru mendorong anak untuk lebih aktif ketiaka bermain,
mendorong anak untuk melakukan eksplorasi, discovery,
dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan penemuan-penemuan dan
mendorong anak untuk menyalurkan rasa ingin tahunya dan mencari jawaban atau
rasa ingin tahunya tersebut, membangkitkan semangat dan membujuk anak yang
tidak mau bermain.
Misalnya ketika
bermain harta karun di area pasir. Guru memotivsi anak untuk berlomba dengan
semangat untuk menemukan harta sebanyak-banyaknya. Dorongan bisa dilakukan
dengan ucapan “Ayo Adit, kamu pasti bisa menemukan lebih banyak lagi”. Bisa
pula dilakukan dengan mengacungkan ibu jari pada anak yang baru saja menemukan
satu harta karun.
6. Guru sebagai
teman
Selain sebagai
pendidik guru juga harus dapat berperan sebagai teman/sahabat bagi anak dalam
bermain. Dalam hal ini guru bertindak sebagai coplayer, artinya guru mempunyai peran yang setara dengan anak.
Sebagai seorang teman bermain, guru menempatkan diri sebagai teman yang baik
sehingga situasi bermain dan belajar menjadi akrab serta penuh kesenangan dan
kegembiraan. Jika hubungan guru dan teman terbentuk, seperti teman/sahabat maka
anak akan lebih membuka diri pada gurunya. Hal ini dapat membantu anak
mengembangkan sosialisasinya dengan lebih baik.
Guru sebagai
teman/sahabat berarti guru harus bersedia terjun berpartisipasi bermain bersama
anak-anak, berbaur dalam kegiatan yang dilakukan anak-anak. Di sini guru jangan
selalu memberikan instruksi/perintah, tetapi mengikuti aturan yang dibuat
anak-anak.
(Montolalu, dkk,
2007:12).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif
menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat
berpikir. Semua anak memiliki perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui
empat tahapan : (1) sensori-motor; (2) pre-operasional; (3) konkret-operational;
dan (4) formal-operational. Pada hakekatnya segala ilmu dapat diajarkan kepada
semua anak dari semua usia, asal materinya benar-benar sesuai. Dengan demikian
guru perlu mengetahui posisi kondisi kognitif individu yang akan belajar agar
guru dapat mengadaptasikan program pembelajarannya. Ada 3 tingkatan
perkembangan kognitif yaitu Enactiva, Iconic, dan Symbolic.
Sains merupakan disiplin
ilmu yang mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah. Untuk anak TK, obyek
tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak dan benda-benda yang sering
menjadi perhatian anak. Air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan
dirinya sendiri merupakan obyek-obyek sains yang sering menjadi perhatian anak.
Bermain adalah kebutuhan setiap manusia baik dewasa ataupun anak-anak. Terlebih
untuk anak-anak, bermain memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi
perkembangan seorang anak.
Pendekatan pembelajaran
sains pada anak TK dan Raudlatul Athfal hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
yang berorientasikan pada kebutuhan anak dengan memperhatikan hal-hal (1) Berorientasi
pada kebutuhan dan perkembangan anak; (2) Bermain sambil belajar; dan (3) Selektif,
kreatif
Peran guru dalam bermain
sambil belajar atau belajar seraya bermain adalah sebagai fasilitator dan ikut
berpartisipasi aktif selama anak bermaian. Peran guru dalam kegiatan bermain di
sekolah/kelas sangat penting guru harus dapat berperan sebagai (1) Guru sebagai
Perencana; (2) Guru sebagai fasilitator; (3) Guru sebagai pengamat; (4) Guru
sebagai model; (5) Guru sebagai Motivator; dan (6) Guru sebagai teman.
B. Saran
1.
Bagi pendidik
Alangkah
baiknya para pendidik bisa menciptakan
permainan-permainan sains yang menarik dan menyenangan bagi anak yang bisa
meningkatkan kemampuan kognitif anak.
2.
Bagi pembaca
Diharapkan bisa
ikut serta dalam penerapanan pembaharuan pembelajaran sains dan juga
berpartisipasi dalam menciptakan permainan-permainan sains yang dapat
diterapkan di TK atau RA.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Wili. 2010. Bermain dan Teknik
Permainan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Darsinah. 2011. Perkembangan Kognitif. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan
Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyadi. 2009. Ternyata, Anakku Bisa Kubuat
Genius!.Jogjakarta: Power Book.
Suyanto, Slamet.
2011. Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan “Open Inquiry”.
(http://staff.uny .ac.id/../). Di unduh pada tanggal 22
Desember2011, Pukul 14.22.
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: DEPDIKNAS.
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil
Belajar Sains. Jakarta: Indeks.